Ads (728x90)

Semua orang tua tentu mengharapkan keshalihan bagi anaknya. Maka hal yang lumrah jika disetiap acara waliatul ‘aqiqah selalu diselipkan permohonan doa supaya kelak anak tersebut menjadi anak yang shalih.
Haya saja, persepsi tentang seperti apa anak shalih itu masih belum disepakati oleh umumnya orang tua. Dengan kata lain, tidak semua orang tua paham, seperti apa hakikat dan karakter sesungguhnya anak yang shalih itu. Sebagian bahkan beranggapan bahwa anak yang shalih itu selalu banyak teman dan kalo perlu tidak memiliki musuh sama sekali. Padahal Nabi SAW yang paling shalih diantara manusia tidak sepi dari musuh, baik dari setan jin maupun manusia. Maka hendaknya orang tua menyadari konsekuensi dari pilihan dan pengharapan untuk menjadikan anaknya sebagai anak yang shalih.
Di antara orang tua yang sudah mengetahui indikasi anak shalih yang diharapkan, belum semua mengetahui bagaimana cara yang semestinya ditempuh untuk mengantarkan anaknya menjadi anak yang shalih. Maka ada di antara orang tua yang menginginkan anaknya shalih, namun dalam praktiknya memberikan fasilitas kepada anak dengan perangkat-perangkat yang bertentangan dengan nilai kesalihan, juga mendidik anak dengan didikan yang tidak ada kaitanya dengan tahapan yang mengantarkan anak menjadi shalih.
Dari sekian banyak cara dan tips, ada cara yang sangat efektif untuk menjadikan anak menjadi shalih, yakni dengan menshalihkan diri sendiri terlebih dahulu. Ketika orang tua berusaha menshaihkan dirinya sendiri, maka Allah akan menolong untuk menshalihkan anak-anaknya.
Sa’id bin Musayyib pernah berkata kepada anaknya, “Wahai anaku, saya ingin sekali menambahkan (memanjangkan bacaan ayat) dalam shalatku, diantaranya demi kebaikanmu, yang denganya aku bisa menjaga dirimu.” Lalu beliu membaca firman Allah SWT
“sedang ayah mereka berdua adakah seorang yang shalih” (QS. Al-Kahfi:82)
Yakni ketika orang tua menjaga keshalihannya, itu berarti telah menjaga keshalihan anak-anaknya. Sebagaimana firman Allah SWT
“Dan hendaklah bertakwa kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khewatir terhadap (kesejahteraan) mereka.” (QS. An-Nisa:9)
Ayat tersebut Allah menunjukkan, ketika orang tua khewatir meninggalkan keturunan yang lemah, maka hendaknya mereka bertaqwa kepada Allah dalam semua perkara mereka, sehingga terjagalah anak keturunannya dan mendapat pertolongan dari-Nya.
Tentang hal ini, Muhammad bin Munakadir ra berkata, “Sesungguhnya Allah akan memlihara seorang anak melalui seorang ayah yang shalih, seorang cucu melalui anak (yang shalih pula), dan memelihara negeri dimana mereka tinggal di dalamnya serta wilayah yang mengelilinginya. Dan mereka semua senantiasa berada dalam pemeliharaan dan perlindungan Allah.”
Semoga Allah menjaga keshalihan dan kesejahteraan anak-anak kita, Aamiin
(Abu Umar Abdillah)




Penulis  : Rudi

Sumber : Kalam Dakwah | Edisi 10 | Tahun 1 | 2014M | 1436H

Posting Komentar

ss