Dataran
Tinggi Dieng terletak di perbatasan antara Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten
Banjarnegara, Jawa Tengah (Jateng). Dataran tinggi Dieng secara administratif
terbagi dalam dua wilayah, yakni Dieng Wetan, Kecamatan Kejajar, Wonosobo dan
Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Banjarnegara.
Berdasarkan
informasi yang berhasil dihimpun SINDO, nama ‘Dieng’ sendiri berasal dari
bahasa Sansekerta yaitu "Di" yang berarti tempat yang tinggi dan
”Hyang” yang artinya tempat para dewa-dewi. Diartikan kemudian sebagai tempat
kediaman para dewa dan dewi.
Ada juga
yang mengartikannya dari bahasa Jawa yaitu “adi” berarti indah, berpadu dengan
kata “aeng” yang artinya aneh. Penduduk setempat kadang mengartikannya sebagai
tempat yang indah penuh dengan suasana spiritual.
Dataran
tinggi Dieng bagaikan negeri di atas awan. Terhampar di ketinggian 2.000 m di
atas permukaan laut membuat udaranya sejuk dan menyegarkan serta ditutupi kabut
tebal. Karena keindahannya yang menakjubkan inilah diyakini bahwa Dieng dipilih
sebagai tempat yang sakral dan tempat bersemayamnya dewa-dewi.
Jika
mengunjungi wilayah tersebut, kita akan dapat menikmati pemandangan lumpur
mendidih yang mengeluarkan gelembung, danau belerang berwarna cerah dan kabut
tebal yang menyelimuti dataran tinggi Dieng. Melihat, merasakan, dan membayangkan
tempat ini secara langsung akan membuat kita memahami mengapa masyarakat Jawa
menganggap Dieng sebagai tempat yang memiliki kekuatan supernatural.
Ketinggian
Dieng yang berada di atas rata-rata pun patut dibanggakan, pasalnya Dieng
mendapatkan predikat dataran tinggi kedua di dunia setelah Nepal.
Kawasan
itu juga dikenal dengan keindahan alamnya yang cukup eksotis. Di kawasan Dieng
sendiri terdapat beberapa obyek wisata alam yang cukup indah. Diantaranya
adalah Telaga Warna, Kawah Sikidang, Telaga Menjer, serta pemandangan
pegunungan lain seperti Gunung Sindoro.
Tidak
hanya itu, Dieng juga dikenal dengan negeri yang subur dan makmur. Pertanian
jenis sayur seperti kentang menjadi komoditi utama yang dihasilkan oleh
masyarakat di sana. Bahkan kentang asli Dieng memiliki kualitas yang sangat
tinggi dan dipakai untuk bahan baku kentang goreng di salah satu merek terkenal
di dunia.
Satu hal
yang juga tak kalah terkenal dari Dieng, penduduk setempat menyebutnya 'anak
gembel' atau anak gimbal. Menurut kepercayaan warga setempat, anak gimbal
merupakan anugerah dari para dewa sehingga fenomena ini patut disukuri.
Biasanya
jika rambut anak gimbal dipaksakan dipotong, maka si anak akan cenderung
sakit-sakitan, dan anehnya rambut gimbal anak-anak gimbal tidak secara alami
tumbuh ketika mereka dilahirkan, namun tumbuh saat usia mereka menginjak 1-2
tahun.
sumber: sindonews.com
Posting Komentar
ss